TUJUAN DAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
PADA MASA BANI ABBASIYYAH
1. Tujuan Pendidikan Islam pada Masa Bani Abbasiyyah
Pada masa Abbasiyyah tujuan pendidikan ada bermacam-macam, yaitu:
a. Tujuan keagamaan dan akhlak
b. Tujuan kemasyarakatan
c. Cinta kepada ilmu pengetahuan
serta senang dan merasa lezat memperoleh ilmu
d. Tujuan kebendaan
2. Kurikulum Pendidikan Islam pada Masa Bani Abbasiyyah
a. Kurikulum pendidkan dasar (kuttab), pelajarannya adalah:
1. Membaca Alqur’an dan
menghafalnya
2. Pokok-pokok agama islam, seperti cara berwudhu, shalat, puasa,
dsb
3. Menulis
4. Kisah atau riwayat orang-orang besar islam
5. Membaca dan menghafal syair-syair atau natsarl (prosa)
6. Berhitung
7. Pokok-pokok nahwu dan sharaf ala kadarnya
b. Kurikulum pendidikan menengah, pelajarannya adalah:
1. Alqur’an 8. mantiq
2. Bahasa Arab dan kesusastraanya 9. Ilmu falak
3. Fiqih 10. Tarikh
(sejarah)
4. Tafsir 11. Ilmu-ilmu
alam
5. Hadist 12. kedokteran
6. Nahwu/sharaf/balagoh 13. musik
7. Ilmu-ilmu pasti
c. Kurikulum pendidikan tinggi
Rencana pelajaran pada perguruan tinggi islam, dibagi 2 jurusan, yaitu:
1. Jurusan ilmu-ilmu agama dan bahasa serta sastra arab atau disebut ilmu-ilmu naqliyah
2. Jurusan ilmu-ilmu umum, atau disebut ilmu aqliyah
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM NON FORMAL PADA MASA BANI ABBASIYYAH
Pada masa Abbasiyyah, kebudayaan islam berkembang pesat, termasuk dalam
aspek pendidikan islam, bahkan pada masa ini merupakan masa kejayaan
pendidikan islam. Lembaga-lembaga pendidikan islam non formal yang
berkembang pada masa ini adalah:
1. Kuttab / Maktab
Kuttab adalah tempat belajar menulis, sebelum datangnya islam kuttab
telah ada di negeri arab, walaupun belum banyak dikenal. Diantara
penduduk Mekkah yang mula-mula belajar menulis huruf arab ialah: Sufyan
ibnu Umayyah ibnu Abdu Syam dan Abu Qais ibnu Abdi Manaf ibnu Zuhroh
Ibnu Kilat.
2. Pendidikan Rendah di Istana
Pendidikan rendah di istana didirikan atas pemikiran khalifah dan
keluarganya serta para pembesar istana bahwa pendidikan itu
diselenggarakan untuk menyiapkan anak didik agar mampu melaksanakan
tugas-tugasnya kelak setelah ia dewasa.
Guru yang mengajar pada pendidikan rendah diistana disebut “muaddib”
karena berfungsi mendidik budi pekerti dan mewariskan kecerdasan dan
pengetahuan-pengetahuan orang-orang dahulu kepada anak-anak pejabat.
3. Toko-toko Kitab
Pada mulanya toko-toko kitab berfungsi sebagai tempat berjual beli
kitab-kitab yang telah ditulis, kemudian bertambah lagi fungsinya
sebagai tempat berkumpulnya para ulama, pujangga dan ahli-ahli ilmu
pengetahuan lainnya, untuk berdiskusi, berdebat dan bertukar pikiran dalam berbagai masalah ilmiah.
4. Rumah-rumah para ulama
Rumah-rumah para ulama dan para ahli ilmu pengetahuan menjadi tempat
belajar dan tempat pengembangan ilmu pengetahuan, disebabkan karena
ulama dan para ahli itu tidak mungkin memberikan pelajaran di masjid.
Diantara rumah ulama terkenal yang menjadi tempat belajar adalah rumah
Ibnu Sina, Al Ghozzali, Ali Ibnu Muhammad Al fashih, Ya’kub ibnu Killis,
Wazir khalifah Al Aziz billah Al fatimy, dll.
5. Majlis atau saloon kesusastraan
Yang dimaksud dengan majlis atau saloon kesusastraan adalah majlis
khusus yang diadakan khalifah untuk membahas berbagai macam ilmu
pengetahuan. Pada majlis ini tidak hanya membahas dan mendiskusikan
masalah-masalah kesusastraan saja, tetapi juga membahas berbagai macam
ilmu pengetahuan (majlis ilmu pengetahuan) dan berbagai kesenian (majlis
kesenian)
6. Badiah
Badi’ah adalah dusun-dusun tempat tinggal orang-orang arab (baduy) yang
tetap mempertahankan kemurniian bahasa arab, bahkan sangat memperhatikan
kefasihan berbahasa. Ba’diah merupakan sumber bahasa asli dan murni.
7. Rumah sakit
Pada masa ini banyak didirikan rumah sakit untuk mewujudkan
kesejahteraan umat islam. Rumah sakit ini fungsinya bukan hanya sebagai
tempat merawat dan mengobati orang-orang sakit, tetapi juga mendidik
tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan, juga
diadakan berbagai penelitian dan percobaan dalam bidang kedokteran dan
obat-obatan dan juga merupakan tempat praktikum
sekolah kedokteran.
8. Perpustakaan
Pada zaman ini para ulama dan sarjana memiliki perpustakaan-perpustakaan
pribadi, selain itu berkembang juga perpustakaan-perpustakaan umum yang
diselenggarakan oleh oleh pemerintah, contohnya Baitul Hikmah di Baghdad yang didirikan oleh khalifah
Harun Al Rasyid. Merupakan salah satu perpustakaan islam yang lengkap, yang didalamnya berisi
buku-buku ilmu agama islam dan bahasa arab, bahkan berbagai buku
terjemahan dari bahsa yunani, persia, india, qibty dan aramy.
9. Masjid
Pada masa bani abbas masjid dilengkapi berbagai macam sarana dan
fasilitas untuk pendidikan. Tempat pengajian para ulama, tempat
pendidikan anak, tempat berdiskusi dan munazharah berbagai ilmu
pengetahuan. Masjid juga dilengkapi ruang perpustakaan. Jadi fungsi
masjid disini ada 3, yaitu:
1. Tempat berkomunikasi dengan tuhan
2. Sebagai lembaga pendidikan
3. Sebagai pusat komunikasi sesama muslim
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM FORMAL PADA MASA BANI ABBASIYYAH
1. Pengertian Madrasah
Madrasah merupakan isim makan dari fi’il mady “darasa” yang mengandung
arti tempat atau wahana untuk mengenyam proses pembelajaran. Dalam sejarah pendidikan islam,
madrasah memegang peranan penting sebagai institusi tempat belajar umat
islam selama pertumbuhan dan perkembangannya.
Maksud madrasah disini adalah lembaga pendidikan tinggi yang secara luas
berkembang di dunia islam pada masa klasik sebelum era universitas.
2. Latar Belakang Berdirinya Madrasah
Sistem pengajaran dan pendidikan yang telah berlangsung di masjid-masjid
kemudian berkembang menjadi lembaga pendidikan formal dalam bentuk
sekolah-sekolah. Mengenai transformasi dari masjid ke madrasah,
berkembang beberapa teori yang secara sepintas berbeda satu sama lain,
diantaranya:
a. George Maqdisi berpendapat bahwa perpindahan lembaga pendidikan islam
dari masjid ke madrasah terjadi secara tidak langsung, tetapi melalui
tahapan perantara, yaitu masjid-masjid. Bahkan dalam kajiannya lebih
terfokus pada madrasah Nizhamiyah, ia mengajukan teori, bahwa asal
pertumbuhan madrasah adalah hasil perkembangan dari tiap tahap, yaitu
tahap masjid, tahap masjid khan dan tahap madrasah
b. Maksum memandang teori ini menarik karena mempertimbangkan lembaga,
masjid khan sebelum lembaga-lembaga madrasah berkembang secara luas pada
abad pertengahan (maksum, 1999:57)
c. Ahmad syalabi mengemukakan bahwa perkembangan dari masjid ke madrasah
terjadi secara langsung, tidak memakai lembaga perantara (ahmad
syalabi,19544: 257-259)
3. Faktor-faktor Pendirian Madrasah
Diantara faktor-faktor yang menyebabkan berdirinya sekolah-sekolah di
luar masjid adalah
a. Khalaqoh-khalaqoh (lingkaran-lingkaran) untuk mengajarkan berbagai
ilmu pengetahuan, yang didalamnya juga terjadi diskusi dan perbedaan
yang ramai yang tidak jarang mengganggu orang-orang beribadah didalam
masjid
b. Dengan berkembang luasnya ilmu pengetahuan, baik agama maupun umum,
diperlukan khalaqoh-khalaqoh yang banyak, yang tidak mungkin seluruhnya
tertampung dalam masjid
Disamping itu ada faktor-faktor lain yang mendorong para penguasa dan
pemegang pemerintahan untuk mendirikan sekolah-sekolah sebagai bangunan
yang terpisah dari masjid, antara lain yaitu:
1) Pada masa turki dalam pemerintahan Bani Abbasiyyah tujuannya untuk
mempertahankan kedudukan dan
menarik hati kaum muslimin.
2) Para pembesar negara yang hidup dalam kemewahan, mereka mendirikan
sekolah untuk mendapatkan simpati rakyat, dan juga berharap mendapatkan
ampunan dan pahala dari Allah, karena mereka telah membelanjakan dan
mewakafkan harta bendanya dijalan Allah.
4. Asal usul Madrasah
Muhammad Abdurahman Ghanimah, Al Maqrizy dalam karyanya Itti’adz Al
Hunafa bi Akhbar Al Aimmah Al Fatimiyyin Al khulafa berpendapat bahwa
madrasah dalam islam tidak dikenal pada masa sahabat dan tabiin,
melainkan sesuatu yang baru yaitu setelah 400 tahun sesudah hijriyah dan
madrasah juga merupakan prestasi abad ke-5 H. Hal ini terbukti dengan
didirikannya madrasah pertama pada abad ke-5 H (11 M) yaitu madrasah
Nizhamiyahyang didirikan pada tahun 457 H oleh Nizham Al mulk. Namun
banyak juga bukti yang nyata bahwa madrasah telah berdiri sejak abad
ke-4 H.
Ada 4 hal yang perlu diklarifikasi tentang kehadiran madrasah sebelum
lahirnya madrasah Nizhamiyah, yaitu:
- Abi Ishaq Al Ifriyani (wafat 418 H) adalah orang pertama yang mendirikan madrasah di naisabur (Iran)
- Abu Hasan Al Baihaqiyah (wafat 414 H) adalah pendiri pertama madrasah Baihaqiyah sekitar tahun 400 H lebih tua dari madrasah yang didirikan Abi Ishaq Al Ifriyani
- Abi Ishaq bin Ibrahim adalah pendiri madrasah mizan dahiya yang lebih dulu berkembang sekitar dua abad sebelum lahirnya madrasah Nishamiyah
- Naji Ma’ruf menyatakan bahwa di khurasan telah berkembang 165 tahun sebelum lahirnya madrasah Nizhamiyah (Arma’i Arief,2004: 61)
5. Eksistensi dan Pengaruh Madrasah
Madrasah mempunyai pengaruh yang luas dan monumental, bahkan Al-dailami
sebagaimana yang dikutip oleh maksum dari Abd AlGhani Abud mengemukakan
bahwa pendidikan universitas-universitas dibarat adalah sebagai
inspirasi dan pengaruh madrasah (nizhamiyah). Tradisi akademik barat,
secara historis mengambil banyak keuntungan dari tradisi madrasah
(maksum, 1999: 75)
Secara sosial keagamaan, madrasah diterima masyarakat muslim pada waktu
itu karena dilihat dari beberapa aspek, yaitu:
a. Materi yang diajarkan adalah fiqih yang mereka anggap merupakan
kebutuhan masyarakat dalam rangka hidup dan kehidupan yang sesuai dengan
ajaran dan keyakinan mereka
b. Ajaran yang diberikan dalam madrasah ialah ajaran sunni
c. Pengajar dimadrasah adalah para ulama yang merupakan panutan dan
pembela masyarakat dan dalam pemerintahan sebagai penasihat dan pemberi
legitimasi
Pada era modern, madrasah masih tetap eksis, namun demikian,
eksistensinya menjadi dipertanyakan ketika kerikulumnya masih di
monopoli oleh ulum al naqliyah (islamic sciences). Madrasah sering
disebut sebagai lembaga tradisional, karena posisi madrasah sering
disebut sebagai lembaga tradisional, karena posisi madrasah yang menaruh
jarak dengan sains modern.
KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM DIPENGHUJUNG MASA BANI ABBASIYYAH DAN POLA
PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM
1. Kemunduran Pendidikan Islam
Pikiran islam menurun setelah abad ke XIII dan terus melemah sampai abad
ke XVIII M, sebab-sebab melemahnya pikiran islam antara lain:
a. Satu sisi, Al ghozali telah berlebihan dalam memasukan filsafat islam
yang bercorak sufistik kedalam alam islami timur dan sisi lain Ibnu
Rusyd telah berlebihan dalam memasukan filsafat islamnya yang bersifat
rasional ke dunia islam barat
b. Umat islam, terutama para pemerintahnya (khalifah, sultan, amir-amir)
melalaikan dan tidak memberi kesempatan untuk berkembang terhadap ilmu
pengetahuan dan kebudayaan
c. Terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang dibarengi dengan serangan
dari luar. Sehingga menimbulkan kehancuran yang mengakibatkan
berhentinya kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan
didunia islam
Kehancuran totalnya adalah yang dialami kota Baghdad dan granada sebagai
pusat pendidikan dan kebudayaan islam. Menandai runtuhnya sendi-sendi
pendidikan dan kebudayaan islam. Musnahnya lembaga pendidikan dan semua
buku-buku ilmu pengetahuan dari kedua pusat pendidikan di bagian timur
dan barat dunia islam. Menyebabkan kemunduran pendidikan diseluruh dunia
islam, terutama dalam bidang intelektual dan material.
2. Pola Pembaharuan Pendidikan Islam
Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern dibarat, pada
dasarnya berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup yang
dialami oleh barat adalah sebagai hasil perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern
Usaha pembaharuan dapat diklasifikasikan dalam tiga pola pemikiran
pembaharuan pendidikan islam, ketiga pola tersebut adalah:
a. Pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi kepada pola
pendidikan modern eropa
Usaha pembaharuan pendidikan islam dalam hal ini adalah dengan jalan
mendirikan sekolah-sekolah dengan pola sekolah barat, baik sistem maupun
isi pendidikannya. Pola pembaharuan ini dipelopori oleh :
1. Sultan Mahmud II di turki Usmani pada tahun 1807-1839 M
2. Muhammad Ali Pasya di Mesir pada tahun 1805-1848 M
b. Pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi dan bertujuan
untuk pemurnian kembali ajaran islam
Pola ini brpandangan bahwa sesungguhnya islam itu sendiri merupakan
dsumber bagi kemajuan dan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan
modern.
Pola pembaharuan ini dirintis oleh Muhammad bin Abd Al wahab, kemudian
dicanangkan kembali oleh Jamaluddin Al Afgani dan Muhammad Abduh (akhir
abad 19 M).
c. Pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada kekayaan dan
sumber budaya bangsa masing-masing dan yang bersifat nasionalisme
Golongan nasionalis ini, berusaha untuk memperbaiki kehidupan umat
islam. Dengan memperhatikan situasi dan kondisi objektif umat islam.
Bukan semata-mata mengambil unsur-unsur budaya barat tetapi mengambil
unsur-unsur yang berasal dari budaya warisan bangsa
3. Akibat Pembaharuan Pendidikan Islam
Sebagai akibat dari usaha-usaha pembaharuan pendidikan islam yang
dilaksanakan dalam rangka untuk mengejar kekurangan dan ketinggalan
dunia barat dalam segala aspek kehidupan. Usaha pendidikan modern
berorientasi pada tiga pola pemikiran (islam murni, barat dan
nasionalisme)
0 komentar:
Posting Komentar