
Tidak ada makhluk hidup yang bisa bertahan
dari letusan gunung berapi. Panas larva, abu panas dan udara yang
mengandung belerang akan mengejar semua makhluk hidup yang berada di
jalur terdekatnya. Ketahui cara bertahan hidup di tengah ancaman gunung
berapi.
Seperti dilansir dari
Geology.com, Rabu
(27/10/2010), dalam sebuah letusan gunung berapi, pelepasan material
seperti gas dan abu vulkanik panas ke atmosfer bisa mencapai ketinggian
lebih dari 22 km dalam waktu kurang dari 10 menit.
Abu vulkanik
terdiri dari partikel yang bentuknya tidak teratur, tajam dan
bergerigi. Dengan kombinasi dan bentuk yang tidak teratur itu membuat
abu vulkanik bersifat sangat menghancurkan.
Setelah abu vulkanik
dilepaskan ke udara, angin akan sangat berperan dalam perjalanannya.
Gerakan dari letusan gunung ditambahkan dengan turbulensi udara akan
membuat abu vulkanik dapat berpindah dengan kecepataan hingga 100
kilometer per jam. Angin juga akan mendistribusikan abu vulkanik ke area
yang sangat luas.
Abu vulkanik yang diletuskan dari gunung
berapi yang dikenal warga dengan sebutan wedus gembel bisa memiliki
temperatur yang sangat panas hingga mencapai suhu 800 derajat celsius
(1472 derajat fahrenheit).
Faktor-faktor di atas itulah yang
membuat tidak ada makhluk hidup yang bisa selamat dari kejaran wedus
gembel. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri adalah menjauhkan
diri dari lokasi letusan. Maka itu diperlukan pemantauan yang terus
menerus terhadap gunung berapi.
Seperti dilansir
ehow
ancaman kematian dan kehancuran bisa diminimalkan dengan cara yang
sederhana tanpa harus membuat peralatan super karena hingga saat ini
tidak ada peralatan yang mampu melawan letusan gunung berapi.
Yang
dibutuhkan adalah sedikit perencanaan dan akal sehat. Dengan begitu
orang tetap bisa survive meski hidup berdampingan dengan gunung berapi:
1.
Cari tahu apakah Anda tinggal di daerah gunung berapi aktif yang bisa
menimbulkan ancaman bagi Anda atau keluarga Anda.
2. Hapalkan dan
ketahui rute evakuasi untuk daerah Anda.
Dalam keadaan stres orang
bisa saja lupa akan rute ini, akan lebih bijaksana jika bisa menyimpan
salinan peta atau membuat rute evakuasi yang ditandai jelas.
3.
Segera lakukan evakuasi jika sudah diminta untuk meninggalkan lokasi.
Gunung
berapi akan memberikan peringatan-peringatan awal sebelum letusan
terjadi. Peringatan-peringatan seperti gempa kecil, batuk-batuk jangan
diabaikan.
4. Dalam kondisi darurat siapkan selalu air minum,
makanan, baju ganti dan peralatan untuk pertolongan pertama.
5.
Jangan kembali memasuki zona evakuasi sampai pihak otoritas menyatakan
daerah tersebut aman.
Meskipun letusan gunung berapi telah berhenti
memuntahkan abu dan lava tapi kemungkinan masih banyak risiko seperti
udara dan air yang mengandung belerang.
6. Lebih baik tinggal di
tempat perlindungan dan jangan meninggalkan lokasi penampungan sampai
dinyatakan aman.
7. Jika memungkinkan pelajari tentang aliran
lava, lahar, banjir, gas-gas yang dikeluarkan oleh gunung berapi yang
bisa untuk mengetahui posisi lebih aman untuk berlindung.
8.
Pastikan untuk memakai masker atau kacamata jika pergi ke luar bangunan
karena dampak yang paling utama dari abu vulkanik yang dirasakan
manusia adalah masalah pernapasan, seperti iritasi hidung dan
tenggorokan, batuk, bronkitis, sesak napas (emfisema) hingga bahkan
menyebabkan kematian karena saluran napas menyempit.
9. Jika
tidak ditemukan masker, warga bisa menggunakan sapu tangan, kain atau
baju untuk melindungi diri dari abu atau gas.
10. Bagi keluarga
yang memiliki anak-anak sebaiknya sediakan masker khusus untuk
anak-anak, serta tidak membiarkan anak bermain di luar untuk
meminimalkan paparan.
Abu vulkanik mengandung silika yang dapat
menyebabkan
penyakit
yang disebut silikosis, yaitu penyakit saluran pernafasan akibat
menghirup debu silika, yang menyebabkan peradangan dan pembentukan
jaringan parut pada paru-paru.
Abu vulkanik yang kering dapat
menempel ke mata manusia yang lembab dapat menyebabkan iritasi mata.
Masalah akan semakin parah pada orang yang mengenakan lensa kontak.
Risiko
lain adalah mengalami gatal-gatal, kulit memerah dan iritasi akibat
debu yang ada di udara dan menempel di kulit. Kondisi ini bisa juga
diakibatkan oleh kualitas air yang sudah tercemar abu vulkanik.